Racun pada tuba pada masa lalu dikenal sebagai derrids dan sekarang diketahui sebagai rotenona Bahan aktif ini ditemukan pada akar tuba dengan kadar antara 2½-3%, paling banyak terkandung dalam kulit akar. Derrids hampir tidak terlarut dalam air.
racun tuba dimanfaatkan pula sebagai insektisida untuk
mengatasi kutu-kutu dan ulat yang menjadi hama di perkebunan. Racun tuba
diekstrak dengan menumbuk akar yang segar atau yang telah dikeringkan, dan
merendamnya dengan sejumlah air hingga satu malam (atau, ada pula yang
merebusnya selama beberapa jam). Ekstrak ini kemudian diencerkan, dicampurkan
dengan larutan sabun untuk menstabilkannya, serta disemprotkan untuk
menanggulangi serangan hama. Selain untuk mengatasi hama pada kebun-kebun tembakau
dan kol, racun ini dapat digunakan pula untuk membasmi caplak dan kutu pada anjing,
tungau pada ayam, gangguan lalat dan lain-lain.
tumbuhan ini menyebar luas di seluruh wilayah tropika, bahkan hingga subtropika. Didatangkan ke Jawa sebelum 1860, kini gulma ini telah menyebar luas di Indonesia.
Bandotan sering ditemukan sebagai tumbuhan pengganggu di sawah-sawah yang mengering, ladang, pekarangan, tepi jalan, tanggul, tepi air, dan wilayah bersemak belukar.Ditemukan hingga ketinggian 3.000 m, terna ini berbunga sepanjang tahun dan dapat menghasilkan hingga 40.000 biji per individu tumbuhan. Karenanya, gulma ini dirasakan cukup mengganggu di perkebunan.
tumbuhan ini juga memiliki daya racun. Di Barat, bandotan
juga dimanfaatkan sebagai insektisida dan nematisida. Sementara, penelitian
lain menemukan bahwa bandotan dapat menyebabkan luka-luka pada hati dan
menumbuhkan tumor. Tumbuhan ini mengandung alkaloid pirolizidina
Tidak ada komentar:
Posting Komentar